Tampilkan postingan dengan label My story. Tampilkan semua postingan

Masih & Tetap Bertahan


.

Ketika seseorang bertanya kepadaku, "Apa yang membuatmu tetap bertahan ?"
Ketika itu pula aku tak tahu jawabannya, lebih tepatnya tak tahu harus menjawab apa.
Suatu ketika di sudut pandang yang lain seseorang juga bertanya kepadaku, "Jadi apa yang membuatmu masih bertahan ?"
Aku mulai bingung. Harus ku jawab bagaimana, seperti apa, serta apa alasanku tetap dan masih bertahan.
Sehari, dua hari, sebulan, dua bulan hingga hitungan tahun. Selama ku amati barulah sedikit bisa ku pahami.
Hingga aku mendapatkan hipotesa yang mungkin sedikit mendekati taraf nyata.
"Apa yang membuatku tetap dan masih bertahan ?"
Jujur
semua orang pasti menyukai kejujuran, akupun begitu, sangat menyukai kejujurannya. (semoga bisa dipertahankan)
-Apa adanya
seperti yang terlihat dari tindakan dan ucapannya, seperti itu pulalah apa yang ada di dalam hatinya. tidak pernah dibuat-buat sekalipun menyakitkan pasti akan di katakan.
-Realistis
selalu mengandalkan akal dan fikiran dalam melakukan sesuatu. aku suka itu karena aku bisa lebih mengerti dan mudah memahami.
-Semangat
ambisinya untuk mempelajari hal-hal baru, membuat pesona itu semakin kuat. sekalipun hal baru itu belum sempurna diketahuinya. tapi bagiku itu satu hal yang sangat menarik.
-Kata Hati
jika hati masih berkata iya,,,aku akan tetap bertahan sampai waktu itu tiba. namun jika hati sudah tak lagi bicara saat itulah pertahananku rubuh.
-Percaya
Hal terbesar yang diajarkannya kepadaku adalah "Percaya" dan aku percaya betapa dahsyatnya kekuatan dari kepercayaan itu sendiri, seperti kita percaya pada Tuhan yang menciptakan kita namun tak tahu keberadaannya tapi dia selalu ada. Semoga selalu terjaga kepercayaanku.

Bukan fisik yang membuat aku bertahan, bukan pula tahta ataupun harta yang mengikat pertahananku, melainkan Kesederhanaan dan hal-hal kecil lainnya yang membuat aku masih dan tetap bertahan, Disini hingga Nanti pada Satu Hati. 

                                                                                                                                  -Rt-

T-A INDAH PADA WAKTUNYA


.

Bebicara tentang tingkat akhir, akan ada banyak cerita dan persepsi. Tak akan luput dari penelitian, seminar, skripsi dan ujian akhir. Sehingga tak jarang para mahasiswa dan mahasiswi diberbagai universitas mengidap penyakit baru yang kerap disebut dengan STA-G (Syndrom Tugas Akhir – Galau). Sebenarnya bukan penyakit ini yang ditakuti melainkan persepsi dan cara menerima dari setiap orangnya lah yang harus dibentuk dengan baik. Tugas akhir seolah-olah menjadi momok bagi sebagian kalangan mahasiswa, namun ada juga yang menjadikan tugas akhir sebagai teman belajarnya dalam aplikasi dilapangan. Dari beberapa orang teman yang sempat dimintai keterangan mengenai tugas akhir ada yang berpendapat bahwa tugas akhir itu :
“Memusingkan, rumit, mumet. Tapi harus dikerjakan dengan ikhlas, tidak perlu terburu-buru yang penting hasilnya sempurna.” (venni)
“Gak tau harus berkata apa tentang skripsi, speechless.” (silvi)
“Cuma ditingkat akhir sesuatu yang tidak dibayangkan bisa terjadi.(yudia)
“Tingkat akhir merupakan pembelajaran hidup di dunia nyata, penelitian merupakan prosesnya dan skripsi hanyalah syarat untuk menerima ijazah” (hagia).
“Tak perlu dipersulit, jalani, resapi, nikmati dan terimalah hasilnya” (nia).
“Tugas akhir sama dengan hama, tak dapat dibasmi hanya dapat dicegah apa yang menjadi rintangannya” (vey).
“Tugas akhir itu bagaikan pestisida, membunuh secara perlahan” (roy).
“Tugas akhir mampu membuat seseorang mandiri, apa-apa serba dilakukan sendiri” (icha).
Ya seperti ini lah komentar-komentar tugas akhir dimata sebagian kalangan mahasiswa. Apapun tugas akhir itu ternyata dapat memberikan dampak positif bagi yang bisa memanfaatkannya dengan sungguh-sungguh, namun juga dapat merubah pribadi seseorang jika salah menanggapinya. Kali ini aku hadir dengan cerita sejuta umat, lebih tepatnya kisah kasih mahasiswa tingkat akhir bersama penelitian dan skripsinya. Aku juga bingung mesti memulainya dari mana. Karena saat ini aku masih menyandang gelar mahasiswi tingkat akhir.
Siang itu,  aku berjalan menuju laboratorium tempat ku melakukan penelitian guna menyelesaikan tugas akhirku, disetiap sudut yang kulalui, tampak beragam aktivitas dan tingkah laku mahasiswa, membuatku tersenyum geli melihat pemandangan itu. Ada satu hal yang menarik perhatianku, di tengah taman tak jauh dari laboratorium tempatku meneliti, terlihat seorang gadis tengah duduk dibangku dan meja batu, taman ini memang kerap kali dipenuhi mahasiswa untuk bersantai sejenak guna melepas penat ditengah kesibukan dan padatnya jadwal kuliah. Dengan kerudung warna hitam, seraya memakai kardigan merah hati beserta tas gemblok yang bergambar detektif conan, seolah cukup untuk mencirikan bahwa sosok yang tengah duduk dibangku yang terbuat dari batu tersebut adalah seorang Naina. Ya dialah Naina sahabatku, gadis berparas ayu ini adalah mahasiswi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian di IPB. Jika dirunut lagi lebih tepatnya dia adalah mahasiswa tingkat akhir yang akan segera lulus. Sedikit menggambarkan sosok seorang Naina, dia gadis yang periang, ramah, memiliki banyak teman baik dilingkungan kampus maupun diluar kampus. Sifat dia yang senang berceloteh ini membuat dia dikenal banyak orang, tak hanya itu dia juga pemilik tawa yang khas dan suara cempreng, bahkan dia tidak  kenal dengan kata malu. Prinsip dia “jika kita malu maka kita akan semakin tidak tahu apa yang akan dituju”, itulah yang menyebabkan kakak kelas dan adik kelasnyapun tak heran jika melihat tingkah Naina. Begitupun aku.
Kembali pada sosok yang kini tengah duduk dibangku batu itu, dari kejauhan dapat terlihat jelas itu adalah Naina, akan tetapi Naina kali ini agak sedikit berbeda, dia terlihat tak seperti biasanya. Tak tampak sedikitpun senyum menghiasi bibirnya, pandangan  matanyapun sendu, seolah menyiratkan duka yang amat mendalam. Apa yang terjadi naina?. Tak ingin beribu pertanyaan itu memenuhi isi kepalaku, segera aku menghampiri sosok itu, dan duduk mengambil posisi berhadapan dengannya. Sontak saja Naina tersadar dari lamunannya, dengan senyum yang sedikit dipaksa dia menyapaku, “hai by”.
Menanggapi Naina yang seperti itu, akupun tak bisa menahan diri lagi. Ku beranikan diri untuk bertanya langsung kepadanya.
“ada apa sih Na? Kenapa kamu tiba-tiba diam seribu bahasa, rasanya kampus tak lengkap tanpa suara cemprengmu itu.
“lebay kamu by, biasa aja, yang ada kampus rubuh kalau mendengar suaraku, jadi lebih baik aku diam, buktinya kan tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% kalau aku berkomentar, betul kan by. Aku hanya butiran debu by”.
Mendengar jawaban Naina, awalnya aku tersenyum kecil, empat jempol akan ku berikan pada lawakan basinya. Naina memang jago membuat orang tersenyum. Akan tetapi dibalik jawabannya itu tersirat makna bahwa dia sedang dalam kesulitan.
“kenapa Na, ceritalah jika aku orang yang pantas untuk mendengarnya”.
Mata Naina mengarah pada sekumpulan tanaman cabai yang masih dalam tahap penyemaian. Lirih dia berkata “andai bibit itu bisa merasakan pekikan batinku by”, lalu pandangannya dialihkan ke pohon jambu yang berada tak jauh dari kami. Naina melanjutkan ucapannya, “dan andai aku seperti pohon jambu ini, berdiri kokoh, meneduhi apapun yang berada dibawahnya, kehadirannya di inginkan banyak orang, selalu berbuah dimusimnya, meskipun ada banyak ulat yang menggerogoti daun-daunnya, pohon jambu ini tetap mampu bertahan. Namun sayang aku hanyalah Naina yang lemah, bukan pohon jambu ataupun bibit cabai.”
“maksudmu apa sih Na, aku tidak bisa memahaminya”
“ya seperti yang ku duga by, enkaupun tak bisa merasakannya. Ini masalahku, ini duniaku”.
“berbagilah dengan temanmu ini Na, jika memang kau tak sekuat pohon jambu ini”.
Setengah berteriak Nainapun berucap, “aku benci penelitian by, aku lelah, aku merasa dikejar-kejar waktu, sekarang aku sudah berada di tingkat paling akhir by. Aku enggan berada di laboratorium ini, aku tak nyaman dengan orang-orang disini. Sepertinya aku salah jurusan by. Sementara sudah banyak teman-teman seangkatan kita yang telah lulus. Lalu aku bagaimana. Penelitianku gagal berkali-kali. Dosenku juga susah diajak kompromi. Aku bingung, takut dan aku galau tingkat dewa by. Bayangkan saja galau tingkat dewa by, bukan lagi galaunya rakyat jelata.
Sontak aku terdiam, apa yang harus aku perbuat, haruskah aku memberikan nasehat kepadanya, haruskah aku membantunya memecahkan masalah ini, atau aku harus menghiburnya pada saat ini juga. Super sekali, seisi kampus sudah tahu kalau aku ini juga mahasiswa tingkat akhir, dan juga merasakan naik turunnya semangat dalam melakukan penelitian demi terlahirnya skripsi sebagai syarat kelulusan nantinya. Tidak hanya itu sepenjuru kampus juga sekiranya tahu akupun belum menyelesaikannya. Tak mau berlama-lama, dengan mengarahkan semua kemampuanku, aku akhirnya memilih sedikit berbagi pemikiran dengannya, sedikit menyemangati Naina.
 “Na, yang pertama harus kamu ingat bahwa skripsi atau tugas akhir itu adalah suatu kewajiban yang mau tidak mau, suka ataupun tidak harus dijalankan, karena itu merupakan syarat kelulusanmu nantinya. Tanpa adanya tugas akhir, itu berarti kamu menghambat langkahmu untuk lebih maju lagi. Terlepas dari bagaimana cara yang kamu lalui, tugas akhirmu harus dikerjakan. Jalani saja, semua pasti berlalu.
Tugas akhir itu bukanlah momok yang harus ditakuti, melainkan suatu pembelajaran berharga yang harus lebih ditekuni. Di dalamnya terdapat beragam aplikasi dan banyak faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan maupun kekurangannya. Percayalah segala sesuatu yang dilakukan dengan baik akan kelihatan hasilnya. Disini dituntut kegigihan dan kesabaran dalam mengerjakan prosesnya bukan langsung pada hasil utama.
            Untuk masalah dosen, aku rasa dosen juga punya hati Na, tak ada satupun dosen yang mau memperlama mahasiswa apa lagi memperumit suatu masalah. Bukan dosennya yang sulit berkompromi, melainkan komunikasinya saja mungkin yang belum tepat pada sasarannya. Datangi dosenmu, jangan takut, ungkapkan apa yang menjadi kendalamu, aku yakin dosenmu akan memahami jika kamu sudah melakukan dengan sungguh-sungguh dan beliau pasti akan mencarikan ataupun memberikan solusi yang terbaik untukmu. Jangan pernah takut menhadapi dosen, karena dia lah yang akan menjadi pembelamu nantinya.
Yang terakhir, jangan banyak mempertimbangkan Na, terkadang disitulah letak kesalahan yang banyak diperbuat oleh orang dewasa, terlalu banyak tahu dan selalu penuh pertimbangan. Berlakulah kamu seolah tidak tahu, justru karena tidak tahu itu akhirnya kamu mau tahu dan berusaha untuk memperoleh jawabannya. Itulah penelitian Na, dari yang awalnya kamu tidak tahu maka menjadi tahu pemecahannya. Jangan dipupuk pertimbanganmu pada orang disekitar, karena itu akan menghambat perjalananmu untuk menjadi lebih tahu. Apa kamu lupa bahwa prinsipmu tak kenal malu, jadi mengapa kamu harus malu masih berada ditingkat akhir Na. Slow but sure Na.
 Naina hanya terdiam, akupun tak dapat berkata lebih lagi, karena permasalahan yang ada pada setiap orang tidaklah sama, dan cara mengatasinya juga berbeda.
Akupun semakin menyadari, dimasa-masa seperti yang dialami Naina sangatlah dibutuhkan kepercayaan diri yang tinggi serta motivasi yang besar, agar tidak terpuruk dalam kegagalan. Selain itu kegalauan yang tidak terorganisir ini ternyata dapat berpengaruh pada pribadinya, yang tadinya sangat ceria, penuh semangat bisa berubah seratus delapan puluh derajat menjadi gadis yang pendiam, seolah tak ada gairah dalam hidup, lebih tertutup dan menjauh dari lingkungan sekitar.
Pertemuan dengan Naina yang tampa disengaja tersebut dapat juga menjadi pukulan keras bagiku untuk tidak berleha-leha menghabiskan waktu dengan berdiam diri didalam kamar, menonton film terbaru dibioskop, menghabiskan uang dengan makanan enak, atau bahkan bergosip ria hingga lupa waktu. Sentilan kecil melalui kisah orang lain juga mampu menyadarkanku akan betapa berartinya waktu dalam menentukan kualitas hidup kita. Dalam melaksanakannya dibutuhkan banyak pengorbanan, tidak hanya pengorbanan materi, fisik ataupun mental melainkan harus siap mengorbankan perasaan.
Entah angin dari mana, tak lama setelah Naina bercerita kepadaku tentang masalahnya, tiba-tiba ponselnya berdering, subhanallah sekali ternyata dia mendapat telepon dari dosennya, dan sepertinya itu kabar gembira. Terlihat dari air muka Naina yang tadinya pucat tak bercahaya kini merona dihiasi senyuman manis, bahkan matanya berbinar-binar. Naina memelukku sambil berkata terimaksih sahabat, doaku didengar, dan yang lebih pasti lagi ternyata tugas akhir ini memang akan indah pada waktunya. Sembari semakin jauhnya bayangan Naina dari hadapanku, aku pun bergumam dalam hati, selamat sobat, sukses untuk langkahmu. Kini waktumu sudah akan menghampiri, lalu bagaimana dengan waktuku sendiri, akankah aku terus berlari hingga garis finish itu tepat berada dibawah telapak kakiku. Ya ternyata tugas akhir itu akan indah pada waktunya, dan kitalah yang menentukan kapan waktu itu akan tiba dan menjadi milik kita. Akupun berlalu mengejar tugasku.



Bagusnya kupanggil Kawan apa Lawan


.

       Mau dipanggil sahabat dia penghianat,,,ingin dipanggil kawan lebih senang melawan,,,kalau dipanggil teman paling sering marahan. Banyak waktu yang tersita olehnya. Menyedihkan sekali menjadi diriku, hanya dimanfaatkan oleh lawan ups kawan,
menjengkelkan sekali kalau dikasih hati malah menusuk mati. ukhhhh...kamuu sudah beribu kali aku mengatakan..aku ingin membantumu, mengenali dirimu sendiri. menyadarkan potensi dalam dirimu. tapi bukan temui bagaima dirimu, malah meniru menjadi diriku. aku paling tidak suka. tidak suka..tidak suka sama sekali...
bukan merasa tersaingi...bahkan aku lebih dulu memiliki ... bukan merasa iri...bahkan  aku mengetahui sisi kelebihan dan kekuranganku. harusnya dirimu berkaca padaku dan pada orang disekitarmu..agar bisa menonjolkan keahlianmu dibidang lain..jangan hanya meniruku..kamu saja tak suka ditiru...apa bedanya denganku.
hei kawan...carilah kebiasaanmu..jangan terobsesi karena ku..
jika ku mahir memahami,,,kau tak usah mengikuti..cukup kau mendengar.
jika ku mahir berbicara...kau tak usah risih ... cukup kau keluarkan ide cemerlangmu
jika ku mahir mengamati...kau tak usah iri ... cukup dengan kau bernyanyi
jika ku mahir untuk tertawa... kau tak usah lari cukup kau pandangi lalu terdiam
jika ku bisa menenangkan kau tak usah ikuti cukup kau diam dan bertindak
jika ku berteriak dg suara keras tak usah kau ikuti karna kau lembut dg bahasamu
kau tak usah ikuti aku..kamu ya kamu begitupun aku..
karena pada dasarnya itulah dirimu...
jika akan terus begini...entah sampai kapan bisa menahan semuanya...
kau terlalu menyakiti...
bisa disimpulkan...jika kau akan terus begini...blm tentu ada yang setulus dan sebaik ini yg akan kau temui...
bisa disimpulkan...wajar bila orang terdahulu menganggapmu begitu jika kamu tak bisa tahu apa yg kamu mau.
bisa disimpulkan...kamu akan selalu tersenyum dengan kerasnya hatimu
bisa disimpulkan...kamu akan selalu bermain dengan alam bawa sadarmu
tapi itu hanya sebuah hipotesa kawan...
aku tak berharap begitu..
semoga jiwamu terselamatkan
aku miris mendengar kamu mengatakan aku suka mencari teman dan ingin merangkulnya untuk dijadikan teman untuk diselamatkan.
satu hal yg kau harus tau kawan...
bagaimana bisa kau selamatkan orang lain jika diri sendiri saja kau tak bisa selamatkan..
sudah berusaha ku bantu..namun kau mengabaikan...sudah berusaha ku sadarkan namun kau selalu membantah..
selama ini aku diam...
kali ini tidak...
semoga kau temui orang yg lebih pantas kau panggil sahabat.
semoga ada yang membawamu kejalan lurus tanpa gelombang
meniru boleh tapi jangan asal meniru...
kalau bukan dirimu jangan sekali2 kau coba...cukup pelajari saja..karena itu akan menyakiti hati sahabatmu
banyak hal yg kadang tak tersampaikan...
dalam kemarahan aku masih bisa objektif menilaimu..memberimu saran..namun dirimu tidak begitu..
 

Dan untuk kesekian kalinya


.

      Aku tak merasa terganggu dengan hadirnya matahari pagi ini yang menyelinap di jendela kamar, dan aku tak merasa bising dengan ocehan orang2 disekitarku, yang pagi buta berteriak masalah air, yang sibuk dengan musik keras dikamarnya, yang mempermasalahkan seragam sekolah anaknya. bahkan aku sama sekali tidak merasa terganggu dengan bunyi klakson angkot di jalanan depan gang kosanku. bahkan aku tak bergeming sedikitpun, aku tetap meringkuk dibawah selimut tebalku, menutup mata seolah ingin sekali mengatakan "hari ini biarkan aku tertidur senyenyak mungkin". Aku tertidur pulas pagi ini. 
     Ingin terlepas dari rutinitas yang selalu mengikat kedua tanganku, membelenggu kakiku, serta menguras pikiran dan hatiku. aaahhh hari ini milikmu tay pikirku dibawah selimut tebal.Tidur lelap yang ku impikan tak berlangsung lama, hanya 10 menit menikmati alam bawah sadarku, aku kembali terbangun, mendapati handphone yang tengah sibuk memamerkan suara jeleknya. sangat mengganggu sekali pekikku dalam hati. dengan malas ku angkat. Terdengar lirih suara merdu itu memanggilku ;
"lagi ngapain nduk?, wis maemnya?, kelapang ora hari ini?"
sontak aku terbangun, dengan rambut acak-acakan, raut muka yang tak menentu aku duduk ditepi ranjang, mengatur ritme suaraku.
terdengar sedikit parau "hehehe baru bangun bue, belum, hari ini free kelahannya. bue dimana?"
bla bla bla
"yo wis mandi yo, jangan lupa maem, jaga diri baik-baik yo nduk"
percakapan antara ibu dan anak terputus dikarenakan tugas masing-masing yang telah menunggu. 
     Sepertinya tingkat kesadaranku baru 50%, tak tahu harus berbuat apa. yang ada dipikiran ini hanyalah tidur, tidur, dan tidur. Lagi-lagi niat itu urung terlaksana, selepas melihat tumpukan baju kotor disudut kamar. huuuuuufffffffffhht....yaa...aku harus mencuci pakaian pagi ini. Aktivitasku beruntun, aku tak mengerti niat ingin berleha-leha ternyata tak terkabulkan. hari ini aku menjadi manusia paling rajin dikosanku.mulai dari mencuci pakaian, piring, bahkan membersihkan kamar semua terlaksana begitu cepat dan penuh semangat.aku bukan seorang tay yang biasanya pagi ini.
what happen whit me...hahahhaa aku lapar...itu judul pagi ini setelah semua aktivitas dikosan terlaksana. Aku bersiap keluar mencari makanan penutup mulut cacing-cacing diperutku. dan pilihanku pun tertuju pada ketoprak pak Ali yang terkenal super enak.
    Dijalan menuju ketoprak pak Ali, langkahku terhenti, suasana hatiku tiba-tiba berubah, senyum yang tadinya manis kini tak lagi menghiasi bibirku. aku hanya terdiam kaku dengan mata tertuju kesatu arah. tak jauh di ujung jalan terlihat seorang bapak dan anak kecil tengah bermain dan bermanja-manja. Dapat kurasakan betapa sayangnya sang bapak kepada anaknya.dan betapa bahagiannya hati sang anak memiliki bapak seperti beliau. di gendong, digelitikin, disayang bahkan dimanja. Pemandangan yang sangat dramatis tapi miris untuk ku lihat. mengubah selera makanku pagi ini. Dan untuk kesekian kalinya ingatanku kembali pada belasan tahun yang lalu. mungkin aku pernah seperti anak tadi, tapi tak tahu pasti masih membekas hingga kini kenangan indah atau luka.
    Dalam sedetik rasaku pagi ini tak lagi indah, dalam semenit bayangan itu membangkitkan devil dalam diriku, dalam satu jam semua hal yang mengingatkan sosok itu menghujam ingatanku. Aku sangat rindu tapi aku tak tahu ke siapa harus mengadu.aku masih ingin merasakan hal yang dirasakan anak kecil tadi. 
Dan untuk kesekian kalinya rasa sesal di diri ini mencuat kembali kepermukaan.
Aku ingin dimanja, tapi aku tak tahu kasih ayah dimana.
dan untuk kesekian kalinya
Aku ingin kasihmu tak hanya namamu.
Aku tetap seorang anak kecil yang menunggu engkau tatap, belai rambutku, dan berkata Ayah sangat merindukanmu, ayah sangat mengasihimu.
dan untuk kesekian kalinya.


-RT-

Mr. RF


.

       Nama aslinya Reza Febrian. Bagus sih memang, tapi kalau diartikan "reza yang lahir dibulan februari" hahaha. Bagaimana kalau namanya ku ganti menjadi Reza Febri Ekawan Santoso, pasti lebih bagus dan maknanya juga banyak (ngimpi kali ya aku). Setelah ku pikir-pikir lumayan juga, kalau yang tadi hanya sebatas lahir dibulan februari tapi kalau yang ku beri maknanya bisa banyak "seorang anak laki-laki pertama yang lahir dibulan februari dan hidunya sentosa" (hiihihihi bagus juga ternyata). Mari kita tinggalkan masalah nama, toh kenyataannya nama dia tidak akan pernah berubah. Yang ingin ku bahas pada tulisanku kali ini bukanlah masalah nama, itu hanya sekedar intermezo saja. Disini aku ingin menceritakan sosok seorang laki-laki yang namanya tertera diatas. Ada banyak hal yang berbeda yang ku temui darinya.
Reza begitu kerapnya dia dipanggil, pecinta warna hitam dan biru, hobinya berolah raga, tingginya lebih kurang 176cm, berbadan tegap, kulit kuning langsat, manis bila tersenyum, tampan kalau berjalan, gagah apabila berlaku dingin, Namun menyeramkan jika sudah melotot. Setiap orang yang pertama kali bertemu dengannya, semuanya akan berkomentar bahwa reza itu cuek, sombong, dingin, angkuh, galak dll. Tidak ada yang salah dengan apa yang dikatakan orang lain terhadap dirinya, karena yang kurasakan pertama kali bertemu dan melihatnya juga begitu. Image dia dimataku pada saat itu adalah lelaki yang menyebalkan. Mengapa begitu...? selama ini belum ada yang berani langsung mengatakan kepadaku, "hei kamu kok pendek banget sih", udah pendek, jelek, gendut, hitam, hidup lagi". mendengar semua itu telingaku rasanya terbakar. kesalnya bukan main. kalau bertemu ingin rasanya ku mendaratkan beberapa pukulan diwajahnya.
          Dibalik sifat dingin dan angkuhnya, laki-laki kelahiran bulan Februari ini, sangatlah ferfeksionis, terlebih dalam urusan penampilan, dia selalu nomor satu. Mulai dari ujung rambut sampai keujung kaki semua diperhatikan. Mr. ferfeksionis selalu mempersiapkan segala sesuatunya sebelum bertindak (berbanding 180 derajat dariku). Selain ferfeksionis, dia juga keras kepala, maunya selalu menang sendiri, kalau sudah berdebat, beeuuuuhh sebelum pendapatnya keluar, badaipun yang datang dia tetap tidak akan peduli (hahaha dasar tuan keras kepala). Tuan keras kepala ini selalu ingin dituruti apa maunya, sampai-sampai aku berfikir dia anak manja kali ya, kalau sudah ada yang lagi di pengenin, gak akan berhenti sebelum dapat. setiap hari akan mebahas hal yang sama, mulai dari membuka mata saat terbangun hingga menutup mata lagi untuk tidur, hal yang diinginkannya akan selalu dibahas dan di ingat. 
           Mr. ferfeksionis dan keras kepala ini gemar sekali berolahraga, kalau sudah menyangkut tentang olah raga, bidadaripun disampingnya dia tak akan bergeming (begitu lah kira-kira haha walau kenyataannya entah gimana), hampir semua olah raga dia suka, mulai dari sepakbola, volly, bulutangkis, tenis meja, lari dll. seolah-olah dunia olah raga sudah menjadi bagian dari jiwanya. Dia memang cuek, keras kepala, egois, semaunya saja, namun dia punya cara untuk selalu membuatku tertawa. lalu siapa dia sebenarnya, seperti apa sisi lain darinya, dan bagaimana aku bisa mengenalnya, masih banyak yang ingin ku tulis sayangnya aku sudah ngantuk, kapan-kapan disambung lagi. tunggu saja ceritaku tentang Mr. ferfeksionis yang keras kepala selanjutnya. ^^

to be continue ...